Tugas Softskil Ilmu Budaya Dasar (Manusia Dan Kebudayaan)
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dan kebudaayaan mempunyai keterkaitan
manusia sendiri merupakan makhluk sosial yang saling berinteraksi satu
sama lain dan melakukan suatu kebiasaan-kebiasaan yang terus mereka
kembangankan dan kebiasaan-kebiasaan tersebut akan menjadi
kebudayaan.
Indonesia terkenal memiliki keragaman budaya yang sangat melimpah. Manusia
dalam kesehariannya juga tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia
adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena
adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang
manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan
demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena
dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan,
setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan.
Perbedaan kebudayaan disebabkan karna perbedaan yang
dimiliki seperti faktor Lingkungan, Faktor Alam, Manusia itu sendiri dan
berbagai faktor lainnya yang menimbulkan Keberagaman Budaya tersebut. Seiring
dengan berkembangnya teknlogi informasi dan komunikasi yang masuk ke Indonesia
diharapkan dapat dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kebudayaan
masing – masing daerah, karena kebudayaan merupakan jembatan yang menghubungkan
dengan manusia yang lain.
Rasa saling menghormati dan menghargai akan tumbuh
apabila antar sesama manusia menjujung tinggi kebudayaan sebagai alat pemersatu
kehidupan, alat komunikasi antar sesama dan sebagai ciri khas suatu kelompok
masyarakat. Kebudayaan berperan penting bagi kehidupan manusia dan menjadi alat
untuk bersosialisasi dengan manusia yang lain dan pada akhirnya menjadi
ciri khas suatu kelompok manusia. Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan
alat sebagai jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang lain yaitu
kebudayaan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan landasan diatas dapat kami rumuskan
permasalahan yang akan kita bahas sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dan Hakekat dari manusia?
2. Apakah pengertian Kebudayaan?
a) Unsur unsur yang mempengaruhi kebudayaan.
b) Orientasi Kebudayaan
3. Bagaimanakah kaitan manusia dan budaya?
4. Bagaimana kedudukan manusia dan budaya?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengerti dan memahami pengertian dan hakekat dari
manusia
2. Mengerti dan memahami pengertian dari kebudayaan serta
unsur unsur yang mempengaruhi kebudayaan
3. Agar mengetahui kaitan antara manusia dan budaya
4. Agar mengetahui kedudukan manusia dan budaya
2. PEMBAHASAN
2.1 Manusia
Manusia Secara bahasa manusia berasal
dari kata “manu” (Sanskerta), “mens” (Latin), yang berarti
berpikir berakal budi atau makhluk yang berakal budi. Secara istilah manusia
dapat diartikan sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus)
atau seorang individu.
Manusia juga diberi kemampuan (akal, pikiran, dan
perasaan) sehingga sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya.
Disadari atau tidak, setiap manusia senantiasa akan berusaha mengembangkan
kemampuan pribadinya guna memenuhi hakikat individualitasnya (dalam memenuhi
berbagai kebutuhan hidupnya). Hal terpenting yang membedakan manusia dengan
mahluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal pikiran, perasaan
dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya. Dan juga manusia
adalah ciptaan Tuhan dengan derajat paling tinggi di antara ciptaan-ciptaan
yang lain.
2.2 Hakikat Manusia
Adapun
hakikat manusia adalah sebagai berikut :
a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat
menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung
jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
c. Mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang
positif, mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan
terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan
dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan
membuat dunia lebih baik untuk ditempati .
f. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk
yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
g. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan
turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan
martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Dengan akal (ratio) manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Adanya nilai baik dan buruk, mengharuskan manusia dan mempertimbangkan, menilai
dan berkehendak menciptakan kebenaran, keindahan, kebaikan atau sebaliknya.
Selanjutnya dengan adanya perasaan, manusia mampu menciptakan kesenian.
Perasaan rohani
adalah perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia misalnya :
1) Perasaan intelektual, yaitu
perasaan yang berkenan dengan pengetahuan.
2) Perasaan estetis, yaitu
perasaan yang berkenan dengan keindahan
3) Perasaan etis, yaitu perasaan
yang berkenan dengan kebaikan
4) Perasaan diri, yaitu perasaan
yang berkeknan dengan harga diri karena ada kelebihan dari yang lain
5) Perasaan sosial, yaitu
perasaan yang berkenan dengan kelompok atau korp atau hidup bermasyarakat, ikut
merasakan kehidupan orang lain
6) Perasaan religius, yaitu
perasaan yang berkenan dengan agama atau kepercayaan
7) Mahkluk biokultural, yaitu mahkluk hayati dan budayawi
Manusia
sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang
membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil,
maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan
keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
2.3 Kepribadian Bangsa Timur
Kepribadian Bangsa Timur merupakan suatu karakter yang mencerminkan
masyarakat yang menganut budaya dari Timur (Asia & Timur-Tengah), yang
menunjukkan ke-khasan dan pola pikir dan kebiasaan yang terdapat di daerah
Timur. Kepribadian bangsa timur pada umumnya merupakan kepribadian yang
mempunyai sifat tepo seliro atau memiliki sifat toleransi yang tinggi. Dalam
berdemokrasi bangsa timur umumnya aktif dalam mengutarakan aspirasi rakyat.
Seperti di negara Korea, dalam berdemokrasi mereka duduk sambil memegang poster
protes dan di negara Thailand, mereka berdemokrasi dengan tertib dan damai.
Kepribadian bangsa timur juga identik dengan tutur kata yang lemah lembut dan
sopan dalam bergaul maupun dalam berpakaian. Terdapat ciri khas dalam berbagai
negara yang mencerminkan negara tersebut memiliki suatu kepribadian yang unik.
Misalnya masyarakat Indonesia khususnya daerah Jawa. Sebagian besar mereka
bertutur kata dengan lembut dan sopan. Dan terdapat beberapa aturan atau
larangan yang tidak boleh dilakukan menurut versi orang dulu yang sebenarnya
menurut orang Jawa itu suatu nasihat yang membangun. Misalnya tidak boleh duduk
di depan pintu. Hal tersebut merupakan ciri khas kepribadian yang unik. Bangsa
timur juga memiliki kebudayaan yang masih kental dari negara atau daerah
masing-masing. Masih ada adat-adat atau upacara tertentu yang masih
dilaksanakan oleh bangsa timur. Misalnya bangsa Indonesia masih banyak yang
melaksanakan upacara-upacara adat dan tarian khas dari masing-masing daerah.
Contohnya daerah Bali yang masih melaksanakan tarian khas daerahnya yaitu
tarian pendet, kecak, tarian barong.
2.4 Pengertian Budaya
Budaya = cultuur (bahasa
belanda) = culture (bahasa Inggris) = tsaqofah (bahasa Arab), berasal dari
bahasa Latin “Colere” yang artinya mengolah, mengerjakan menyuburkan dan
mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini
berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk
mengolah dan mengubah alam”.
Ditinjau dari sudut bahasa
Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta “Buddhayah”, yaitu bentuk
jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Pendapat lain mengatakan,
bahwa kata budaya adalah sebagai perkembangan dari kata budidaya, yang berarti
daya dan budi. Maka dari itu dibedakanlah antara pengertian budaya dan
kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta karsa dan rasa,
sedangkan budaya merupakan hasil dari budaya atau hasil cipta, karsa dan rasa.
Alisjahbana
menyebutkan bahwa terdapat 7 (tujuh)penggolongan defenisi kebudayaan, yakni
1. menekankan kenyataan, bahwa kebudayaan itu
adalah suatu keseluruhan yang kompleks, yang terjadi dari unsur-unsur yang
berbeda seperti pengetahuan,kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan
segala kecakapan yanglain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2. Kedua,menekankan sejarah kebudayaan, yang
memandang kebudayaan sebagaiwarisan sosial atau tradisi.
3. Ketiga, menekankan segi kebudayaan yang
normatif, yakni kebudayaan sebagai cara, aturan dan jalan hidup manusia. Disini
juga ditekankan cita-cita, nilai-nilai dan kelakukan.
4. Keempat,pendekatan secara Psikologi, kebudayaan
sebagai penyesuaian manusiakepada sekitarnya. Dalam hal ini, Summer dan Keller
yang menekankanpenyesuaian manusia pada keadaan dan syarat-syarat hidupnya.Sedangkan
Kroeber dan Kluckhohn menekankan usaha belajar danpembiasaan serta defenisi
yang bersifat psikologi murni yang dirumuskandalam istilah psiko-analisis dan
psikologi sosial.
5. Kelima, menekankan hal hal yang bersifat
struktur yang membicarakan pola-pola dan organisasikebudayaan.
6. Keenam, kebudayaan dipahami sebagai hasil
perbuatan ataukecerdasan manusia. Grover merumuskan kebudayaan sebagai hasil
pergaulan atau perkumpulan manusia. Dalam hal ini juga
ditekankanpikiran-pikiran dan lambang-lambang.
7. Ketujuh merupakan defenisi defenisiyang tidak
lengkap dan tidak bersistem.
Alisjahbana
maupun Koentjaraningrat mengakui bahwa banyaksekali defenisi-defenisi
kebudayaan
yang mengacu pada suatu disiplinilmu tertentu, bukan saja antropologi, tetapi
juga sosiologi, filsafat, sejarahmaupun kesusasteraan.
Terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu :
1. Wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma,
peraturan,dan sebagainya. Wujud pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak,
berada dalam pikiran masing-masing anggota masyarakat di tempat kebudayaan itu
hidup.
2. Wujud sebagai suatu aktifitas kelakuan berpola
manusia dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri atas aktifitas-aktifitas
manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang
lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat
kelakuan. Sistem sosial ini bersifat nyata atau konkret.
3. Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil
fisik dari aktifitas perbuatan dan karya manusia dalam masyarakat.
2.5 Unsur-unsur Kebudayaan
Suatu kebudayaan tidak akan pernah ada tanpa adanya
beberapa sistem yang mendukung terbentuknya suatu kebudayaan, sistem ini
kemudian disebut sebagai unsur yang membentuk sebuah budaya, mulai dari bahasa,
pengetahuan, tekhnologi dan lain lain. semua itu adalah faktor penting yang
harus dimiliki oleh setiap kebudayaan untuk menunjukkan eksistensi mereka.
· Bahasa : yaitu suatu sistem perlambangan yang secara
arbitrel dibentuk atas unsur – unsur bunyi ucapan manusia yang digunakan
sebagai gagasan sarana interaksi
· Sistem pengetahuan : yaitu semua hal yang diketahui
manusia dalam suatu kebudayaan mengenai lingkungan alam maupun sosialnya
menurut azas – azas susunan tertentu
· Organisasi sosial : yaitu keseluruhan sistem yang
mengatur semua aspek kehidupan masyarakat dan merupakan salah satu dari unsur
kebudayaan universal
· Sistem peralatan hidup dan tekhnologi : yaitu
rangkaian konsep serta aktivitas mengenai pengadaan, pemeliharaan, dan
penggunaan sarana hidup manusia dalam kebudayaannya
· Sistem mata pencarian hidup : yaitu rangkaian
aktivitas masyarakat yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam
konteks kebudayaan
· Kesenian : yaitu suatu sistem keindahan yang
didapatkan dari hasil kebudayaan serta memiliki nilai dan makna yang mendukung
eksistensi kebudayaan tersebut
· Sistem religi : yaitu rangkaian keyakinan mengenai
alam gaib, aktivitas upacaranya serta sarana yang berfungsi melaksanakan
komunikasi manusia dengan kekuatan alam gaib
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai
komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut :
a. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki
4 unsur pokok, yaitu:
· Alat-Alat Teknologi
· Sistem Ekonomi
· Keluarga
· Kekuasaan Politik
b. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang
meliputi :
· Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama
antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya
· Organisasi ekonomi
· Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas
untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
· Organisasi kekuatan (politik)
2.6 Orientasi Kebudayaan
Marilah kita menyadari,
kebudayaan bukanlah kreasionisme. Kebudayaan melakukan banyak penyimpangan dari
desain besar yang ingin mengendalikannya. Sudah saatnya menganggap selesai
perdebatan tentang orientasi utama dan bentuk terakhir kebudayaan Indonesia.
Setiap orang secara potensial adalah pencipta kebudayaan (NIRWAN DEWANTO, Senjakala Kebudayaan, Yayasan
Bentang Budaya 1996)
Dari pernyataan tersebut di atas, sesungguhnya kita
sedang digugah untuk menyadari bahwa desain besar kebudayaan kita sedang dalam
kondisi kritis. Sebagai contoh, kebudayaan tradisional yang agung (High
Culture) telah terkalahkan oleh budaya modern (Dinamice Culture) yang didukung
oleh sains dan teknologi. Kebudayaan yang mendunia (globalisasi) sekarang
pun terbukti mengalami krisis karena telah gagal mensejahterakan masyarakat
secara umum. Kebudayaan modern, meskipun telah banyak kemajuan di bidang sains
dan teknologi, namun secara ekonomi hanya menguntungkan pihak tertentu saja,
dalam hal ini kapitalislah yang diuntungkan sebagai produsen dan pemilik sumber
kebudayaan modern yang cenderung mempengaruhi dan mengusai kebudayaan dunia.
Maka menjadi wajar kebudayaan modern melahirkan
kebudayaan destrukrif misalnya berupa demonstrasi, bahkan anarkis menjadi
bagian kebudayaan orang-orang yang merasa dirugikan
Pendidikan Pasar
Paradigma kebudayaan modern telah menjadikan dunia
spiritual termasuk seni dan agama cukup sebagai komoditi yang perlu diperhitungkan
dengan nilai harga jualnya. Pendidikan mahal menjadi keniscayaan karena
kebutuhan sarana dan prasarana menjadi penting, termasuk pula teknologi
pendidikan menjadi ukuran kualitas lembaga pendidikan yang mendunia.
Keberhasilan transformasi ilmu guru kepada murid juga diukur dari penguasaan
peralatan mengajar yang digunakan gurunya.
”Globalisaasi”, Dulu notebook bermakna buku sekarang
bermakna laptop, artinya teknologi telah mampu merubah makna kata dari
pemahaman konsumennya. Pemahaman konsumen ternyata mudah dibentuk oleh produsen
atau bahasa lokal telah dikalahkan oleh bahasa global. Dalam konteks
kebudayaan, bahasa Indonesia telah tercerabut dari akarnya dan selanjutnya
image kepada guru yang tidak menguasai teknologi dianggap ketinggalan, atau mungkin
diragukan kemampuan mengajarnya. Maka sekolah atau lembaga pendidikan harus
mengeluarkan biaya ekstra untuk melatih guru-guru menggunakan teknologi
modern.yang belum tentu bisa, karena tidak memiliki perangkat sendiri yang
mahal harganya.
Kebudayaan Alternatif
Namun untuk kembali ke tradisi sudah tidak mungkin
lagi, kecuali mencari pijakan kebudayaan pendidikan baru yang dinamis namun
tidak bergantung pada biaya tinggi. Pembelian produk teknologi yang berkembang
cepat dan menuntut konsumen untuk terus mengikuti, tentu saja berat kecuali
Indonesia menjadi negara produsen teknologi tinggi. Untuk ini kita tidak bisa
percaya pada ramalan para ahli globalisasi.
Di dalam zaman kita ini, kenyataan bukanlah hal yang
mudah ditangkap. Kenyataan adalah fragmentasi dari kebudayaan yang telah
terbelah-belah oleh kekuatan ekonomi (mass culture). Dalam hal ini, selera
pasar menjadi penting untuk diperhitungkan lagi. Kesejahteraan guru haruslah
dilihat sebanding dan sejajar dengan pendapatan selebritis.Tujuan kebudayaan
tak lain untuk kemajuan dan kesejahteraan hidup manusia di mana saja dan
sebagai apa saja. (Surat kepercayaan gelanggang 1960: Kami adalah pewaris sah
kebudayaan dunia)
2.7 Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman (dalam
Koentjaraningrat, 1986), wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan,
aktivitas, dan artefak.
1. Gagasan (Wujud
ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan
ide-ide, gagasan, nilai-nilai , norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang
sifatnya abstrak ; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini
terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat . Jika
masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka
lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil
karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas
(tindakan) Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem
sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling
berinteraksi , mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut
pola-pola tertentu yang ber- dasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret ,
terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau
hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling
konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Pada kenyataannya,
kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa
dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain.
Sebagai contoh:
wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas)
dan karya (artefak) manusia. Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat
digolongkan atas dua komponen utama, yaitu kebudayaan material dan kebudayaan
non- material. Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang
nyata, konkret.
Termasuk dalam
kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya.
Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat
terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari
generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau
tarian tradisional.
2.8 Perubahan Kebudayaan
Perubahan dirasakan oleh hampir semua manusia dalam
masyarakat. Perubahan dalam masyarakat tersebut wajar, mengingat manusia
memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Kalian akan dapat melihat perubahan itu
setelah membandingkan keadaan pada beberapa waktu lalu dengan keadaan sekarang.
Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan
perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian,
sistem pengetahuan, serta religi/keyakinan.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan
budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi
kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi
perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang
lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun
demikian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut
sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990).
Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari
organisasi sosial. Pendapat tersebut dikembalikan pada pengertian masyarakat
dan kebudayaan. Masyarakat adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antar
organisasi dan bukan hubungan antar sel. Kebudayaan mencakup segenap cara
berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif
seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolik dan bukan warisan karena
keturunan (Davis, 1960). Apabila diambil definisi kebudayaan menurut Taylor
dalam Soekanto (1990), kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan setiap kemampuan serta
kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan kebudayaan dalah
segala perubahan yang mencakup unsur-unsur tersebut. Soemardjan (1982),
mengemukakan bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek
yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu cara penerimaan cara-cara
baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya.
Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat beranekaragam
menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta
mewarisi kepada generasi selanjutnya. Budaya lokal Indonesia sangat
membanggakan karena memiliki keanekaragaman yang sangat bervariasi serta
memiliki keunikan tersendiri. Seiring berkembangnya zaman, menimbulkan
perubahan pola hidup masyakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat lebih
memilih kebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih praktis dibandingkan dengan
budaya lokal.
Banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan
dimasa sekarang ini, misalnya masuknya budaya asing. Masuknya budaya asing ke
suatu negara sebenarnya merupakan hal yang wajar, asalkan budaya tersebut
sesuai dengan kepribadian bangsa. Namun pada kenyataannya budaya asing mulai
mendominasi sehingga budaya lokal mulai dilupakan.
Faktor lain yang menjadi masalah adalah kurangnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan budaya lokal. Budaya lokal adalah
identitas bangsa. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus terus dijaga
keaslian maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara lain.
Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan budaya asing masuk asalkan sesuai
dengan kepribadian negara karena suatu negara juga membutuhkan input-input dari
negara lain yang akan berpengaruh terhadap perkembangan di negranya.
Dimasa sekarang ini banyak sekali budaya-budaya kita
yang mulai menghilang sedikit demi sedikit.Hal ini sangatlah berkaitan erat
dngan masuknya budaya-budaya ke dalam budaya kita.Sebagai contoh budaya dalam
tata cara berpakaian.Dulunya dalam budaya kita sangatlah mementingkan tata cara
berpakaian yang sopan dan tertutup.Akan tetapi akibat masuknya budaya luar
mengakibatkan budaya tersebut berubah.Sekarang berpakaian yang menbuka aurat
serasa sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat erat didalam masyarakat kita.Sebagai
contoh lain jenis-jenis makanan yang kita konsumsi juga mulai terpengaruh
budaya luar.Masyarakat sekarang lebih memilih makanan-makanan yang berasal dari
luar seperti KFC,steak,burger, dan lain-lain. Masyarakat menganggap
makanan-makanan tersebut higinis,modern,dan praktis.Tanpa kita sadari
makanan-makanan tersebut juga telah menjadi menu keseharian dalam kehidupan
kita. Hal ini mengakibatkan makin langkanya berbagai jenis makanan
tradisional.Bila hai ini terus terjadi maka tak dapat dihindarkan bahwa anak
cucu kita kelak tidak tahu akan jenis-jenis makanan tradisional yang berasal
dari daerah asal mereka.
Tugas utama yang harus dibenahi adalah bagaimana
mempertahankan, melestarikan, menjaga, serta mewarisi budaya lokal dengan
sebaik-baiknya agar dapat memperkokoh budaya bangsa yang akan megharumkan nama
Indonesia. Dan juga supaya budaya asli negara kita tidak diklaim oleh negara
lain.Berikut beberapa hal yang dapat kita simak dalam rangka melestarikan
budaya.
1. Kekuatan
§ Keanekaragaman budaya lokal yang ada di Indonesia
Indonesia memiliki
keanekaragaman budaya lokal yang dapatdijadikan sebagai ke aset yang tidak
dapat disamakan dengan budaya lokal negara lain. Budaya lokal yang dimiliki
Indonesia berbeda-beda pada setiap daerah. Tiap daerah memiliki ciri khas
budayanya, seperti rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat
istiadat yang dianut. Semua itu dapat dijadikan kekuatan untuk dapat
memperkokoh ketahanan budaya bangsa dimata Internasional.
§ Kekhasan budaya Indonesia
Kekhasan budaya
lokal yang dimiliki setiap daerah di Indonesia memliki kekuatan tersediri.
Misalnya rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat
yang dianut. Kekhasan budaya lokal ini sering kali menarik pandangan negara
lain. Terbukti banyaknya turis asing yang mencoba mempelajari budaya Indonesia
seperti belajar tarian khas suat daerah atau mencari barang-barang kerajinan
untuk dijadikan buah tangan. Ini membuktikan bahwa budaya bangsa Indonesia
memiliki cirri khas yang unik.
§ Kebudayaan Lokal menjadi sumber ketahanan budaya
bangsa
Kesatuan budaya
lokal yang dimiliki Indonesia merupakan budaya bangsa yang mewakili identitas
negara Indonesia. Untuk itu, budaya lokal harus tetap dijaga serta diwarisi
dengan baik agar budaya bangsa tetap kokoh.
2.
Kelemahan
§ Kurangnya kesadaran masyarakat
Kesadaran
masyarakat untuk menjaga budaya lokal sekarang ini masih terbilang minim.
Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih praktis dan sesuai dengan
perkembangan zaman. Hal ini bukan berarti budaya lokal tidak sesuai dengan
perkembangan zaman, tetapi banyak budaya asing yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa. Budaya lokal juga dapat di sesuaikan dengan perkembangan
zaman, asalkan masih tidak meningalkan cirri khas dari budaya tersebut.
§ Minimnya komunikasi budaya
Kemampuan untuk
berkomunikasi sangat penting agar tidak terjadi salah pahaman tentang budaya
yang dianut. Minimnya komunikasi budaya ini sering menimbulkan perselisihan
antarsuku yang akan berdampak turunnya ketahanan budaya bangsa.
§ Kurangnya pembelajaran budaya
Pembelajaran
tentang budaya, harus ditanamkan sejak dini. Namun sekarang ini banyak yang
sudah tidak menganggap penting mempelajari budaya lokal. Padahal melalui
pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya lokal dalam
membangun budaya bangsa serta bagaiman cara mengadaptasi budaya lokal di tengan
perkembangan zaman.
3. Peluang
§ Indonesia dipandang dunia Internasional karena
kekuatan budayanya
Apabila budaya
lokal dapat di jaga dengan baik, Indonesia akan di pandang sebagai negara yang
dapat mempertahankan identitasnya di mata Internasional.
§ Kuatnya budaya bangsa, memperkokoh rasa persatuan
Usaha masyarakat
dalam mempertahankan budaya lokal agar dapat memperkokoh budaya bangsa, juga
dapat memperkokoh persatuan. Karena adanya saling menghormati antara budaya
lokal sehingga dapat bersatu menjadi budaya bangsa yang kokoh.
§ Kemajuan pariwisata
Budaya lokal
Indonesia sering kali menarik perhatian para turis mancanegara. Ini dapat
dijadikan objek wisata yang akan menghasilkan devisa bagi negara. Akan tetapi
hal ini juga harus diwaspadai karena banyaknya aksi pembajakan budaya yang
mungkin terjadi.
§ Multikuturalisme
Dalam artikelnya,
Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning, Riau, Dr Junaidi SS
MHum, mengatakan bahwa multikulturalisme meberikan peluang bagi kebangkitan
etnik dan kudaya lokal Indonesia. Dua pilar yang mendukung pemahaman ini adalah
pendidikan budaya dan komunikasi antar budaya.
4. Tantangan
§ Perubahan lingkungan alam dan fisik
Perubahan
lingkungan alam dan fisik menjadi tantangan tersendiri bagi suatu negara untuk
mempertahankan budaya lokalnya. Karena seiring perubahan lingkungan alam dan
fisik, pola piker serta pola hidup masyakrkat juga ikut berubah
§ Kemajuan Teknologi
Meskipun dipandang
banyak memberikan banyak manfaat, kemajuan teknologi ternyata menjadi salah
satu factor yang menyebabkan ditinggalkannya budaya lokal. Misalnya, sistem
sasi (sistem asli masyarakat dalam mengelola sumber daya kelautan/daratan)
dikawasan Maluku dan Irian Jaya. Sistem sasi mengatur tata cara sertamusim
penangkapan iakn di wilayah adatnya, namun hal ini mulai tidak di lupakan oleh
masyarakatnya.
§ Masuknya Budaya Asing
Masuknya budaya
asing menjadi tantangan tersendiri agar budaya lokal tetap terjaga. Dalam hal
ini, peran budaya lokal diperlukan sebagai penyeimbang di tengah perkembangan
zaman.
Perubahan budaya
dan arus globalisasi mengakibatkan beberapa budaya tersingkirkan
Perubahan budaya
yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat
tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat
homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh satu dampak
dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia
secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah
menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa
cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga
melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan
massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian
terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang
bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll
melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang
bisa ditangkap melalui parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat
Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui
kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya
di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa
negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam
globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti
itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal
kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional
yang perlu dijaga kelestariannya.
Di saat yang lain
dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi
oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang
mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita.
Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang
bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi. Kondisi yang
demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional
Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam
masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis
Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan
perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang
hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan
globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian
yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai
tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua
kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih
menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus
tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi
komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga
alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya
masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional
yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian
tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata
Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat
disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional
Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu
agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah
kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur
sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan
contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi.
Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional,
melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat
di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati
begitu saja dengan merebaknya globalisasi.
Di sisi lain, ada
beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan
fungsi. Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri
dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya
saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh
kelompok Srimulat. Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya
memiliki penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk
siaran televisi, bukan ketoprak panggung. Dari segi bentuk pementasan atau
penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti mampu
beradaptasi dengan perubahan zaman. Selain ketoprak masih ada kesenian lain
yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu
wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono
dan Ki Anom Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman
pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar
yang sejak beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu
cukup sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah
kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan
eksistensi dari kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan mengadakan
pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan
tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa,
Museum Nasional.
Fungsi budaya
Kebudayaan mempunyai fungsi
yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Masyarakat memiliki
kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam menjalani kehidupannya.
Kebutuhan- kebutuhan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh
kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Karena kemampuan manusia
terbatas sehingga kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaannya juga
terbatas di dalam memenuhi segala kebutuhan.
Karsa masyarakat mewujudkan
norma dan nilai- nilai sosial yang sangat perlu untuk mengadakan tata tertib
dalam pergaulan kemasyarakatan. Karsa merupakan daya upaya manusia untuk
melindungi diri terhadap kekuatan-kekuatan lain yang ada di dalam masyarakat.
Untuk menghadapi kekuatan- kekuatan yang buruk, manusia terpaksa melindungi diri
dengan cara menciptakan kaidah-kaidah yang pada hakikatnya merupakan
petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berlaku di
dalam pergaulan hidup.
Fungsi kebudayaan adalah untuk
mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat
untuk menentukan sikap kalau akan berhubungan dengan orang lain didalam
menjalankan hidupnya.
Kebudayaan berfungsi sebagai:
1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok
2. Wadah untuk menyakurkan perasaan-perasaan dan kehidupan
lainnya
3. Pembimbing kehidupan manusia
4. Pembeda antar manusia dan binatang
Kebudayaan mengatur supaya
manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat menentukan
sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Setiap orang bagaimanapun
hidupnya, akan selalu menciptakan kebiasaan bagi dirinya sendiri. Kebiasaan
(habit) merupakan suatu perilaku pribadi yang berarti kebiasaan orang seorang
itu berbeda dari kebiasaan orang lain, walaupun mereka hidup dalam satu rumah.
Kebiasaan menunjuk pada suatu gejala bahwa seseorang di dalam
tindakan-tindakannya selalu ingin melakukan hal-hal yang teratur baginya
2.9 Kaitan Manusia Dan Budaya
Hubungan
Manusia dan Kebudayaan
Manusia dan
kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat berkaitan satu sama lain. Manusia
di alam dunia inimemegang peranan yang unik, dan dapat dipandang dari berbagai
segi. Dalam ilmu sosial manusia merupakan makhluk yang ingin memperoleh
keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan sering disebut homo economicus
(ilmu ekonomi). Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri
sendiri (sosialofi), Makhluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik),
makhluk yan g berbudaya dan lain sebagainya.
Contoh Hubungan Manusia dan Kebudayaan
Secara sederhana
hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai perilaku
kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Tetapi
apakah sesederhana itu hubungan keduanya ?
Dalam sosiologi
manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun
keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan
kebudayaan, clan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup
manusia agar sesuai dcngannya. Tampak bahwa keduanya akhimya merupakan satu
kesatuan.
Contoh sederhana
yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan –
peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh
manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya hams patuh
kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu
merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu
kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang
membuatnya.Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia,
dia akan menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam terjemahan
M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv)
Manusia dan
kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai hubungan
keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak
dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan.
Analisa terhadap keberadaan keduanya hams menyertakan pembatasan masalah dan
waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.
Pengertian Dialektis
Dialektika disini
berasal dari dialog komunikasi sehari-hari. Ada pendapat dilontarkan ke hadapan
publik. Kemudian muncul tentangan terhadap pendapat tersebut. Kedua posisi yang
saling bertentangan ini didamaikan dengan sebuah pendapat yang lebih lengkap.
Dari fenomen dialog ini dapat dilihat tiga tahap yakni tesis, antitesis dan
sintesis. Tesis disini dimaksudkan sebagai pendapat awal tersebut. Antitesis
yakni lawan atau oposisinya. Sedangkan Sintesis merupakan pendamaian dari
keduanya baik tesis dan antitesis. Dalam sintesis ini terjadi peniadaan dan
pembatalan baik itu tesis dan antitesis. Keduanya menjadi tidak berlaku lagi.
Dapat dikatakan pula, kedua hal tersebut disimpan dan diangkat ke taraf yang
lebih tinggi. Tentunya kebenaran baik dalam tesis dan antitesis masih
dipertahankan. Dalam kacamata Hegel, proses ini disebut sebagai aufgehoben.
Bentuk triadik
dari dialektika Hegel yakni tesis-antitesis-sintesis berangkat dari
pemikir-pemikir sebelum Hegel. Antinomi Kantian akan numena dan fenomena
menimbulkan oposisi yang tidak terselesaikan[1]. Kemudian Fichte dengan metode
”Teori Pengetahuan”-nya tetap memunculkan pertentangan walaupun sudah melampaui
sedikit apa yang dijabarkan oleh Kant.
Dialektika sendiri
sudah dikenal dalam pemikiran Fichte. Bagi Fichte, seluruh isi dunia adalah
sama dengan isi kesadaran. Seluruh dunia itu diturunkan dari suatu asas yang
tertinggi dengan cara sebagai berikut: ”Aku” meng-ia-kan dirinya (tesis), yang
mengakibatkan adanya ”non-Aku” yang menghadapi ”Aku”. ”non Aku” inilah
antitesis. Kemudian sintesisnya adalah keduanya tidak lagi saling mengucilkan,
artinya: kebenaran keduanya itu dibatasi, atau berlakunya keduanya itu
dibatasi. ”Aku” menempatkan ”non-Aku yang dapat dibagi-bagi” berhadapan dengan
”Aku yang dapat dibagi-bagi”.
Dalam sistem
filsafatnya, Hegel menyempurnakan Fichte. Hegel memperdalam pengertian
sintesis. Di dalam sintesis baik tesis maupun antitesis bukan dibatasi
(seperti pandangan Fichte), melainkan aufgehoben. Kata Jerman ini mengandung
tiga arti, yaitu: a) mengesampingkan, b) merawat, menyimpan, jadi tidak
ditiadakan, melainkan dirawat dalam suatu kesatuan yang lebih tinggi dan
dipelihara, c) ditempatkan pada dataran yang lebih tinggi, dimana keduanya
(tesis dan antitesis) tidak lagi berfungsi sebagai lawan yang saling
mengucilkan. Tesis mengandung di dalam dirinya unsur positif dan negatif. Hanya
saja di dalam tesis unsur positif ini lebih besar. Sebaliknya, antitesis
memiliki unsur negatif yang lebih besar. Dalam sintesislah kedua unsur yang
dimiliki tesis dan antitesis disatukan menjadi sebuah kesatuan yang lebih
tinggi.
Dialektika juga
dimaksudkan sebagai cara berpikir untuk memperoleh penyatuan (sintesis) dari
dua hal yang saling bertentangan (tesis versus antitesis). Dengan term
aufgehoben, konsep ”ada” (tesis) dan konsep ”tidak ada” (antitesis) mendapatkan
bentuk penyatuannya dalam konsep ”menjadi” (sintesis)[2]. Di dalam konsep ”menjadi”,
terdapat konsep ”ada” dan ”tidak ada” sehingga konsep ”ada” atau ”tidak ada”
dinyatakan batal atau ditiadakan.
Dialektika menjadi
sebuah perkembangan Yang Absolut untuk bertemu dengan dirinya sendiri. Ide yang
Absolut merupakan hasil perkembangan. Konsep-konsep dan ide-ide bukanlah
bayangan yang kaku melainkan mengalir. Metode dialektika menjadi sebuah gerak
untuk menciptakan kebaruan dan perlawanan. Dengan tiga tahap yakni tesis,
antitesis dan sintesis setiap ide-ide, konsep-konsep (tesis) berubah menjadi
lawannya (antitesis). Pertentangan ini ”diangkat” dalam satu tingkat yang lebih
tinggi dan menghasilkan sintesis. Hal baru ini (sintesis) kemudian menjadi
tesis yang menimbulkan antitesis lagi lalu sintesis lagi. Proses gerak yang
dinamis ini sampai akhirnya melahirkan suatu universalitas dari gejala-gejala.
Itulah Yang Absolut yang disebut Roh dalam filsafat Hegel.
Bagi Hegel, unsur
pertentangan (antitesis) tidak muncul setelah kita merefleksikannya tetapi
pertentangan tersebut sudah ada dalam perkara itu sendiri. Tiap tesis sudah
memuat antitesis di dalamnya. Antitesis terdapat di dalam tesis itu sendiri
karena keduanya merupakan ide yang berhubungan dengan hal yang lebih tinggi.
Keduanya diangkat dan ditiadakan (aufgehoben) dalam sintesis.
Kenyataan menjadi dua
unsur bertentangan namun muncul serentak. Hal ini tidak dapat diterima
oleh Verstandyang bekerja berdasakan skema-skema yang ada dalam menangani
hal-hal yang khusus. Vernunft-lah yang dapat memahami hal ini. Vernunft melihat
realitas dalam totalitasnya dan sanggup membuat sintesis dari hal-hal yang
bertentangan.
Secara umum dapat
kita lihat bahwa dialektika Hegel memiliki tiga aspek yang perlu diperhatikan :
· Pertama, sistem dialektika ini berbentuk tripleks atau
triadik.
· Kedua, dialektika ini bersifat ontologis sebagai
sebuah konsep. Aplikasinya adalah terhadap benda dan benduk dari ada dan tidak
sebatas pada konsep.
· Ketiga, dialektika Hegel memiliki tujuan akhir (telos)
di dalam konsep abstrak yang disebut Hegel sebagai Idea atau Idea Absolut dan
konkretnya pada Roh Absolut atau Roh (Spirit, Geist).
Terdapat tiga elemen esensial
akan dialektika Hegel.
· Pertama, berpikir itu memikirkan dalam dirinya untuk
dan oleh dirinya sendiri.
· Kedua, dialektika merupakan hasil berpikir terus
menerus akan kontradiksi.
· Ketiga, kesatuan kepastian akan kontradiksi tersublimasi
di dalam kesatuan. Itulah kodrat akan dirinya dialektika itu sendiri.
3 tahap proses dialektis
Proses dialektis ini tercipta
melalui tiga tahap yaitu :
· Ekstemalisasi, yaitu proses dimana manusia
mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui ekstemalisasi ini
masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia
· Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi
realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan
berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata
sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
· Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap
kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakamya
sendiri agar dia dapat hidup dengan .baik, sehingga manusia menjadi kenyataan
yang dibentuk oleh masyarakat.
2.10. Kedudukan Manusia dan
Budaya
Manusia dan kebudayaan pada hakekatnya memiliki
hubungan yang sangat erat, dan hampir semua tindakan dari seorang manusia itu
adalah merupakan kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap
kebudayaan yaitu sebagai:
· penganut kebudayaan
· pembawa kebudayaan
· manipulator kebudayaan, dan
· pencipta kebudayaan
3.PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara sederhana hubungan manusia dan
kebudayaan adalah sebagai perilaku kebudayaan dan kebudayaan merupakan obyek
yang dilaksanakan manusia. Dalam ilmu sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai
sebagai dwi tunggal yang berarti walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya
merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan setelah kebudayaan
tercipta maka kebudayaan mengatur kehidupan manusia yang sesuai dengannya.
3.2 Saran
Manusia hidup karena adanya
kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala
manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya.
Dengan demikian manusia dan
kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya
tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari
manusia melihat dan menggunakan kebudayaan, bahkan kadang kala disadari atau
tidak manusia merusak kebudayaan.
Maka dari itu, sebagai manusia
yang berbudaya kita harusnya mampu untuk terus dan tetap berbudaya sebagaimana
hakikat kita sebagai manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar